Rabu, 02 Desember 2015

Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum ialah mengarahkan kurikulum sekarang ke tujuan pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai pengaruh positif yang datangnya dari luar ataupun dari dalam dengan harapan agar peserta didik mampu untuk menghadapi masa depannya.
Oleh karena itu hendaknya pengembngan kurikulum harus bersifat adaptif, antisipatif dan aplikatif. Adaptif disini yaitu pengembangan kurikulum harus disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan peserta didik. Antisipasi bermakna kurikulum harus dapat selalu siap untuk tujuan jangka panjang maupun jangka pendek. Serta aplikatif yang berarti kurikulum dapat diterapkan bukan hanya sekedar wacana.

B.     Langkah-langkah Pengembangan Kurikulum
Setiap kurikulum mempunyai empat komponen utama, yaitu tujuan, bahan pelajaran, proses belajar-mengajar, dan penilaian. Dalam pengembangan kurikulum tiap komponen itu harus diperhatikan dan saling erat kaitannya dengan semua komponen-komponen lainnya. Misalnya, evaluasi harus sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, bahan pelajaran yang diajarkan serta proses belajar-mengajar yang dijalankan.[1]
Hilda Taba (Taba, 1962: 194-343) berpendapat bahwa penyusunan dan pengembangan kurikulum dapat menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Menentukan tujuan
a.       Merumuskan tujuan umum
b.      Mengklarifikasi tujuan-tujuan
c.       Merinci tujuan-tujuan berupa pengetahuan (fakta, ide, konsep), berpikir, nilai-nilai dan sikap, emosi dan perasaan serta keterampilan.
d.      Merumuskan tinjauan dalam bentuk yang spesifik.
Rumusan tujuan meliputi:
a)      Konsep atau gagasan yang akan dipelajari
b)      Sikap, kepekaan dan perasaan yang akan dikembangkan
c)      Cara befikir untuk memperkuat
d)     Kebiasaan dan keterampilan yang akan dikuasai
Tujuan dirumuskan berdasarkan analisis terhadap berbagai kebutuhan, tuntutan dan harapan. Oleh karena itu tujuan dirumuskan dengan mempertimbangkan faktor-faktor masyarakat, siswa itu sendiri, serta ilmu pengetahuan.[2]
2.      Menseleksi pengalaman belajar
a.       Relevan dengan kenyataan sosial
b.      Balance ruang lingkup dan kedalaman materinya
c.       Penentuan pengalaman belajar yang luas serta beraneka ragam
d.      Penyesuaian dengan pengalaman serta kebutuhan dan minat siswa
Isi kurikulum merupakan pengalaman belajar yang direncanakan akan diperoleh siswa selama mengikuti pendidikan. Pegalaman belajar yang dimaksud disini adalah pengalaman belajar yag diperoleh siswa selama mengikuti pelajaran. Pengalaman belajar ini dapat berupa mempelajari mata pelajaran-mata pelajaran, atau jenis-jenis pengalaman belajar lain sesuai dengan bentuk kurikulum itu sendiri.[3] Pengembang kurikulum dapat menentukan pengalaman belajar siswa yaitu dengan seberapa besar aktifitas seorang siswa terhadap lingkungan.[4]
Terdapat lima prinsip pengalaman belajar, yaitu:
a)      Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbuat tingkah laku yang menjadi tujuan
b)      Pengalaman belajar harus menyenangkan bagi siswa
c)      Siswa harus terlibat dalam belajar
d)     Siswa diberikan beberapa pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pendidikan
e)      Pengalaman belajar yang disediakan dapat menghasilkan beberapa kemampuan, yaitu: kemampuan berfikir, memperoleh informasi, mengembangkan sikap sosial, mengembangkan minat.
Dalam proses belajar-mengajar harus diperhatikan latar belakang pendidikan dan pengalaman anak serta persepsi masing-masing agar mereka dapat mengadakan reaksi mental dan maupun emosional dalam bentuk kelakuan.
3.      Organisasi bahan kurikulum dan kegiatan belajar
a.       Menentukan organisasi kurikulum
b.      Menentukan urutan atau sequence
c.       Mengusahakan integrasi
d.      Menentukan fokus pelajaran
Organisasi kegiatan dapat dirumuskan sesuai dengan tujuan dan pengalaman-pengalaman belajar yang menjadi isi kurikulum, dengan mempertimbangkan bentuk kurikulum yang digunakan.[5]
Ada dua jenis pengorganisasian pengalaman belajar, yaitu :
1)      Pengorganisasian secara vertikal
Pengorganisasian secara vertikal adalah menghubungkan pengalaman belajar dalam satu kajian yang sama dalam tingkat yang berbeda. Misalnya, pengorganisasian pengalaman belajar yang menghubungkan antara bidang IPA di kelas lima dan IPA di kelas enam.
2)      Pengorganisasian secara horisontal
Pengorganisasian secara horisontal adalah menghubungkan pengalaman belajar dengan kajian lain dalam tingkat yang sama. Misalnya, pengorganisasian pengalaman belajar bidang geografi dan sejarah dalam tingkat yang sama.

4.      Evaluasi hasil kurikulum
a.       Menentukan kriteria penilaian
b.      Menyusun program evaluasi yang komprehensif
c.       Teknik mengumpulkan data
d.      Interpretasi atau menafsirkan data evaluasi
e.       Menerjemahkan evaluasi kedalam kurikulum
Evaluasi kurikulum mengacu kepada tujuan kurikulum dan dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip evaluasi. Evaluasi perlu dilakukan untuk memperoleh balikan sebagai dasar dalam melakukan perbaikan. Oleh karena itu evaluasi perlu dilakukan secara terus menerus.[6]
Untuk mengadakan pembaharuan kurikulum Hilda Taba menganjurkan cara penilaian berbeda dengan yang lazim dilakukan dalam pengembangan kurikulum pada umumnya. Ia justru  mulai dari satuan pelajaran untuk meningkat kepada kurikulum yang lengkap, setelah cukup jumlah satuan pelajaran yang di ujicobakan. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1)      Menyusun satuan pelajaran percobaan
Suatu kurikulum baru tak mungkin dicobakan sekaligus dalam keseluruhannya, jadi harus dimulai dengan bidang yang lebih terbatas, misalnya dalam matapelajaran atau bidang studi tertentu. Itu pun tidak hanya dengan satu pelajaran yang kemudian dapat diperluas dengan satuan pelajaran lainnya sampai meliputi bahan seluruh bidang studi.
Satuan pelajaran ini merupakan model yang harus lebih dahulu di ujicobakan. Dalam satuan pelajaran inilah dapat di gabungkan teori dengan praktek. Model pelajaran ini akan lebih berhasil dengan partisipasi guru di samping prinsip-prinsip teoritis yang perlu diterapkan.
2)      Mengujicobakan satuan pelajaran
Model satuan pelajaran yang disusun semula dengan sendirinya tidak sempurna dan perlu diperbaiki berdasarkan eksperimentasi. Percobaan ini sebaiknya dilakukan dalam berbagai situasi dan kondisi belajar yang berbeda-beda, agar lebih valid untuk dijalankan untuk murid yang berlainan taraf kemampuannya.
Satuan pelajaran itu harus juga dapat membuktikan validitasnya untuk digunakan oleh guru-guru yang berbeada-beda gayanya mengajar. Tentu ada kemungkinan guru-guru memerlukan penataran untuk memberikan pengertian dan keterampilan yang diperlukan. Segala yang syarat-syarat satuan pelajaran yang diharapkan dapat diusahakan untuk mencapainya berdasarkan uji-coba secara eksperimental.
3)      Revisi dan konsolidasi
Setelah langkah pengujian, maka langkah selanjutnya melakukan revisi dan konsolidasi. Perbaikan dan penyempurnaan dilakukan pada data yang dihimpun sebelumnya. Selain dilakukan perbaikan dan penyempurnaan dilakukan juga konsolidasi yaitu penarikan kesimpulan hal-hal yang umum dan tentang konsistensi teori-teori yang digunakan. Langkah ini dilakukan secara bersama-sama dengan koordinator kurikulum maupun ahli kurikulum. Produk dari langkah ini adalah berupa teaching learning unit yang telah diuji dilapangan.
Berdasarkan uji-coba diadakan perubahan dan perbaikan sehingga satuan pelajaran dapat digunakan dalam kelas yang berbeda kondisinya. Satuan pelajaran harus disusun berdasarkan prinsip-prinsip teoritis yang telah digariskan lebih dulu. Prinsip-prinsip itu diuraikan dalam buku pegangan yang menyertai satuan pelajaran itu.
Setelah dianggap uji-coba telah memadai dan satuan pelajaran telah menjalani perbaikan secukupnya, maka satuan pelajaran dapat dianggap mantap untuk disebarkan dalam lingkungan yang lebih luas.
4)      Mengembangkan kerangka kurikulum
Apabila dalam kegiatan penyempurnaan dan konsolidasi telah diperoleh sifatnya yang  lebih menyeluruh atau berlaku lebih luas, hal itu harus dikaji oleh para ahli kurikulum.
Setelah diperoleh satuan pelajaran dalam jumlah yang sangat cukup maka pelajaran itu perlu ditinjau dari segi scope (ruang lingkup) dan sequence (urutan). Apakah satuan pelajaran itu telah meliputi bahan pelajaran untuk tingkat tertentu atau keseluruhan bahan untuk suatu bidang studi. Selain itu diselidiki urutannya, apakah isinya telah berurutan secara logis apakah konsep-konsep dikembangkan dari segi yang sederhana sampai yang matang dan kompleks.
Kriteria yang dapat dipertimbangkan dalam pemilihan materi kurikulum atau penyusunan bahan pelajaran (scope) antara lain:
a)      Materi kurikulum harus dipilih berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, materi kurikulum dipilih karena dianggap berharga sebagai warisan budaya positf dari generasi masa lalu
b)      Materi kurikulum dipilih karena berguna bagi penguasaan suatu disiplin ilmu
c)      Materi kurikulum dipilih karena dianggap bermanfaat bagi kehidupan umat manusia, untuk bekal hidup di masa kini, dan masa yang akan datang.
d)     Materi kurikulum dipilih karena sesuai dengan kebutuhan dan minat anak didik (siswa) dan kebutuhan masyarakat.
Untuk penyusunan sequence (susunan bahan kurikulum) perlu dipertimbangkan hal berikut:
a)      Taraf kesulitan materi pelajaran atau isi kurikulum
b)      Apersepsi atau pengalaman masa lalu
c)      Kematangan dan perkembangan siswa
d)     Minat dan kebutuhan siswa
Perkembangan yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan yang berdasarkan pada pertanyaan-pertanyaan apa isi unit-unit yang disusun secara berurutan itu telah berimbang ke dalamnya dan keluasannya, dan apakah pengalaman belajar telah memungkinkan belajarnya kemampuan intelektual dan emosional. Pengembangan ini dilakukan oleh ahli kurikulum dan para professional kurikulum lainnya. Produk dari langkah-langkah ini adalah dokumen kurikulum yang siap untuk diimplementasikan (dilaksanakan) dan didesiminasikan (disebarkan).
5)      Pelaksanaan dan penyebaran
Dalam langkah ini dilakukan penerapan dan penyebarluasan program ke daerah dan sekolah-sekolah dan dilakukan pendataan tetang kesulitan serta permasalahan yang dihadapi guru-guru di lapangan. Oleh karena itu perlu diperhatikan tentang persiapan dilapangan yang berkaitan dengan aspek-aspek penerapan kurikulum. Pengembangan kurikulum realitas dengan pelaksanaannya, yaitu melalui pengujian terlebih dahulu oleh staf pengajar yang profesional. Dengan demikian, model ini benar-benar memadukan teori dan praktek.
Tanggung jawab tahap ini dibebankan pada administrator sekolah. Penerapan kurikulum merupakan tahap yang ditempuh dalam kegiatan pengembangan kurikulum. Pada tahap ini harus diperhatikan berbagai masalah seperti kesiapan tenaga pengajar untuk melaksanakan kurikulum di kelasnya, penyediaan fasilitas pendukung yang memadai, alat atau bahan yang diperlukan dan biaya yang tersedia, semuanya perlu mendapat perhatian dalam penerapan kurikulum agar tercapai hasil optimal.[7]
Akhirnya tibalah waktunya untuk melaksanakan kurikulum baru ini secara luas. Untuk itu sering diperlukan penataran bagi semua guru yang terlibat dengan lokakarya yang intensif. Untuk memperoleh penguasaan bahan dan keterampilan mengajarkannya. Pelaksanaannya akan memerlukan pengaturan administrasi di sekolah untuk mengatur jadwal pelajaran baru.
Pelaksanaan dan penyebaran kurikulum baru akan memakan waktu yang bertahun-tahun lamanya agar perubahan yang diharapkan dengan kurikulum baru itu benar-benar tercapai. Di samping itu perubahan dan perbaikan akan senantiasa perlu dijalankan.




BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pengembangan kurikulum ialah mengarahkan kurikulum sekarang ke tujuan pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai pengaruh positif yang datangnya dari luar ataupun dari dalam dengan harapan agar peserta didik mampu untuk menghadapi masa depannya.
Langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum menurut Hilda Taba adalah sebagai berikut:
1.      Menentukan tujuan
2.      Menseleksi pengalaman belajar
3.      Organisasi bahan kurikulum dan kegiatan belajar
4.      Evaluasi hasil kurikulum
Untuk mengadakan pembaharuan kurikulum Hilda Taba menganjurkan cara penilaian dengan yang lazim dilakukan dalam pengembangan kurikulum pada umumnya. Ia memulai dari satuan pelajaran untuk meningkat kepada kurikulum yang lengkap, setelah cukup jumlah satuan pelajaran yang di ujicobakan. Langkah-langkahnya yaitu:
a.       Menyusun satuan pelajaran percobaan
b.      Mengujicobakan satuan pelajaran
c.       Revisi dan konsolidasi
d.      Mengembangkan kerangka kurikulum
e.       Pelaksanaan dan penyebaran



[1] Prof. Dr. S. Nasution, M. A. PENGEMBANGAN KURIKULUM. Cetakan VI. (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003). hlm. 139.
[2] Drs. H. Muhammad Ali, M. Pd., M.A. PENGEMBANGAN KURIKULUM DI SEKOLAH. Cetakan ke- 6. (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009). hlm. 66.
[3] Drs. H. Muhammad Ali, M. Pd., M.A. Op. cit. hlm. 66.
[4] Wina SanjayaPembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. (Jakarta: Kencana, 2011). hlm.  46.
[5] Drs. H. Muhammad Ali, M. Pd., M.A. PENGEMBANGAN KURIKULUM DI SEKOLAH. Cetakan ke- 6. (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009). hlm. 66.
[6] Drs. H. Muhammad Ali, M. Pd., M.A. PENGEMBANGAN KURIKULUM DI SEKOLAH. Cetakan ke- 6. (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009). hlm. 66.
[7] http://reithatp.blogspot.com/2012/01/model-pengembangan-kurikulum-hilda-taba.html. Diunduh pada tanggal 29 Oktober 2015 pada pukul 15:30 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar